Kamis, 07 September 2017

HBisOnVacation Akhirnya Ke Belitung! (Day 1)

Di Pulau Pasir

Tanggal 2 September kemarin aku balik ke Belitung setelah menyelesaikan urusan administrasi dan urusan lainnya pasca wisuda. Sebelumnya, aku ngabarin temenku yang dari Jogja namanya Bima kalau aku akan ke Belitung tanggal segitu. Kenapa ngabarin Bima? Karena dia pernah bilang kalau pengin ke Belitung bulan Oktober/November. Daripada misalnya bulan segitu aku dah balik ke Jogja lagi, mendingan aku kasih tau kalo September aja ke Belitungnya. Setelah cek ricek ternyata dianya juga bisa lowong waktunya tanggal 3-5 September yaudah kan pas. Cus Belitung.

Bima ini termasuk teman pertamaku di Jogja. Dulu, pas masih jamannya main twitter kan ada tuh hashtag-hashtag nah kucari lah hashtag #HubunganInternasionalUMY eh nemu tweet dia lagi ngomongin itu. Yaudah mention-mentionan dan janjian ketemuan di Jogja sekalian bantuin aku cari kosan. Tapi ga tau kenapa dulu tuh ga jadi cari kos-kosan bareng dia, jadinya sama temennya Kakin, Mas Fauzan. Mungkin dulu Bima mikirnya, "Siapa elu. Gue ga kenal lu". Atau mungkin Bima dulu lagi main  drama minggat dari rumahnya gara-gara berantem sama abangnya jadi lupa mau nemenin nyari kos-kosanku. Bima ini juga teman satu organisasi di Jogja, organisasi yang berbasis lingkungan. Dari sana baru mulai suka ngobrol sama Bima ini dan mulai tau betapa busuk dan lamisnya mulut Bima. Bima ini termasuk salah satu traveller ulung tingkat Jogja dan yang menjadi ciri khas photo tripnya adalah hashtag #HBisOnVacation di instagramnya. Jadi, merasa bangga lah kamu yang pernah ngetrip bareng Bima.

Seminggu sebelum tanggal berangkat, kita intens komunikasi soal destinasi di Belitung, termasuk cuaca yang menurut perkiraan cuaca di gugel, Belitung bakal ujan dari tanggal 3-5 September itu. Makin deg-degan lah si Bima. Aku juga intens komunikasi sama Kakin dan Bapak buat nanyain kondisi cuaca di Belitung. Bikin tambah deg-degan itu karena H-3 berangkat, Belitung ujan deras seharian kata Kakin dan Bapak. Deg. Kita udah getar-getar itu takut jadwal yang udah disusun jadi gagal karena cuaca. Mau ga mau si Bima harus berangkat karena transportasi PP sudah dipesan. Apapun yang terjadi.

Tanggal 3 September akhirnya datang. Bima pakai flight pagi yang jam 7 supaya bisa langsung hopping island. Syukur, pagi itu cuaca cukup cerah, tapi langit terbagi jadi dua sisi, langit cerah warna biru dan langit cerah berawan tebal agak hitam. Lumayan lah kalo buat hopping island ga terlalu panas menyengat kaya dulu aku pertama kali hopping island. Dari bandara terus langsung cabut ke Tanjung Kelayang diantar Bapak sama Umak. Perjalanan sekitar 30 menit cukup panjang karena kiri kanan hutan semua dan jalannya cenderung lurus. Oh ya, hopping island ini Kakin juga ikut karena kebetulan hari Minggu dia libur jadi ikut aja sekalian.

Boat yang disewa lumayan besar dan termasuk murah karena saat itu sedang liburan Idul Adha dan pas hari Minggu. Boat yang ukurannya cukup besar untuk diisi tiga orang itu disewa 400k belum termasuk pelampung dan alat snorkeling. Sekitar jam 8.30 boat mulai menyalakan mesin untuk berangkat. Perasaan ku setiap ingin hopping island selalu sama, over-excited! Ga tau kenapa padahal ya orang asli sini tapi ya begitulah. Pulau pertama yang disinggahi adalah Pulau Pasir. Pulau ini muncul hanya pagi hari ketika air laut sedang surut dan tidak bisa lagi terlihat ketika sudah jam 10 ke atas, karena itulah pas hopping island ku yang pertama tahun 2015 aku ga ke pulau ini karena sudah tenggelam. Menurut abang-abang supir boat kami, di sini dulu banyak terdapat bintang laut. Namun, karena perilaku wisatawan yang setiap ketemu bintang laut mereka angkat-angkat untuk dijadikan objek foto, membuat bintang laut di sini mati. Hanya bersisa beberapa saja, itupun ga tau masih hidup atau tidak.





Abang-abang sopir boat.

Kami emang tidak menemukan bintang laut, tapi kami menemukan ubur-ubur! Aku pertama kali melihat ubur-ubur secara langsung dan ternyata ukurannya cukup besar. Tekstur badannya seperti kolang-kaling yang licin dan bentuknya seperti sel sperma, bulat tapi makin ke bawah makin kecil. Kata abang-abang supir boat kami, ubur-ubur yang berwarna putih biru ini tidak beracun, namun sisi birunya itu bisa membuat gatal-gatal bagi yang memegangnya. Si Bima malah ngira ubur-ubur itu adalah batu hampir mau dia injak. Di pulau ini kami tidak lama, setelah puas berfoto dan mengamati sekitar kami lanjut ke pulau selanjutnya, Pulau Batu Berlayar!

Ubur-uburnya. Kalo di spongebob warnanya pink.

Di-hopping island-ku yang pertama tahun 2015, selain tidak menemui Pulau Pasir, aku juga tidak mengunjungi Pulau Batu Berlayar karena dulu aku bareng sama rombongan lain dalam satu kapal jadi perjalanan waktu itu tidak enak. Pulau ini ciri khasnya adalah batu granitnya kurus tinggi dan ketika pasang tanahnya tenggelam hanya menyisakan batu-batu tinggi sehingga dijuluki batu yang sedang berlayar. Di sana saya berkenalan dengan wisman yang berasal dari Amerika Serikat. Dia sangat merasa takjub melihat pemandangan laut di Belitung. Katanya, "Anda harus bersyukur dilimpahi keindahan alam seperti ini". Ya sih, bersyukur pasti. Tapi di sini ga ada fasilitas hiburan yang memadai seperti di negaramu, Mister! Dia di Belitung selama dua hari dan akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta keesokan harinya.

Di belakang kami langitnya mendung tapi di depan kami cerah panas.

Bocor di mana-mana. Hari Minggu sih ya -,,-

Jangan lupa selfie!

Pulau Batu Berlayar.

Pulau selanjutnya adalah tujuan paling utama kami: Pulau Lengkuas! Siapa sih yang ga tau pulau ini? Siapa sih yang ga tau ciri khas pulau ini? Pulau ini memiliki mercusuar di tengahnya dan dikelilingi batu-batu granit tertua di Belitung. Dua tahun lalu masih bisa menaiki mercusuar ini sampai ke puncaknya, namun sekarang hanya bisa sampai lantai tiga saja. Menurut sumber terpercaya, hal tersebut dikarenakan beberapa bulan lalu ada pengunjung pulau yang ternyata merupakan orang-orang yang berwenang terhadap mercusuar di Indonesia. Orang-orang tersebut kaget karena harus membayar 5k untuk naik sampai puncak mercusuar. Menurut mereka, hal tersebut merupakan pungutan liar yang dilakukan oleh penjaga mercusuar. Karena itu, puncak mercusuar ditutup untuk wisatawan dan hanya sampai lantai tiga saja.

Dimas Bima pas baru sampai Pulau Lengkuas.

Sedikit mendung.

Raut wajah kecewa Dimas Bima. Sok tegar main HP.

"Kalau aku balik langsung difoto, ya!" saat Bima mau backpose. Oke bosseeee

Aku mah pake pose andalan aja. hahaha

Merenung.

Perjuangan untuk dapet angle yang bagus.

Ini hasil fotonya. Sesuai sama perjuangannya kan?

Aku pribadi juga merasa kecewa karena tidak bisa naik ke puncak hanya karena masalah 5k. Coba pikir deh, perawatan mercusuar itu tidak gampang. Rangka bajanya harus terawat dan tidak boleh terkena air laut karena bisa berkarat. Dulu, mercusuar ini catnya sudah oren-oren tanda sudah harus diganti. Sejak Laskar Pelangi mendunia, mercusuar ini dipugar dan dicat ulang sehingga menjadi bersih seperti sekarang. Dari mana duit pemugarannya? Ya dari duit wisatawan yang 5k per orang itu. Aku sih ga tau pasti ya, setiap mercusuar ada dapet jatah duit dari pusat atau ngga, tapi yang pasti dengan adanya HTM itu bisa membuat penghidupan lebih layak bagi penjaganya dan pasti wisatawan lebih nyaman untuk naik ke atas karena mercusuarnya terawat. Bima yang dari rumah mungkin sudah ngebayangin bakal merentangkan tangan di puncak mercusuar lalu diterpa angin dan dihadapkan pada pemandangan super indah, harus ambyar ketika mau naik ke lantai empat malah ditutup teralis dan digembok.

"Di sini mangku laptop sambil bikin skripsi cepet selesai kayanya ya". Iya, selesai riwayatmu.

Batu-batu itu jadi saksi terwujudnya mimpi Bima selama tujuh tahun.

Selfie

Selfie lagi

Minta fotoin orang.

No edit. Kalo diedit dulu pasti lebih bagus.

Di Pulau Lengkuas ini kami cukup lama. Bersantai di sisi barat pulau yang ada hutan asmara. Di sana Bima bercerita kalau trip ke Belitung ini merupakan mimpi dia dari tujuh tahun yang lalu saat dia masih SMA atau SMP ya, Bim? Pokoknya pas dia lihat Musikal Laskar Pelangi, saat itu juga keinginannya untuk ke Belitung membuncah. Sampai sekarang dia masih nyimpen brosur paket wisata ke Belitung yang didapat saat menonton Musikal Laskar Pelangi di Jogja. Bima kaget ketika aku bilang kalau di Belitung ga ada Indomaret, Alfamart, Bioskop, apalagi Mall. Dia tanya, "Terus hiburan untuk masyarakatnya apaan?!". Ya, paling mentok ke supermarket paling besar di Belitung atau kalau ngga ya main-main ke pantai kota atau nonton TV melihat sajian-sajian drama bodoh kebanyakan micin. Btw, untuk bayangan aja, supermarket atau pusat perbelanjaan terbesar di Belitung itu aja cuma kaya Gardena-nya Jogja.

Dari Pulau Lengkuas kami langsung dibawa ke spot snorkeling ga jauh dari pulaunya. Jujur, ini pertama kali aku snorkeling, tapi ya tetep pelampung ON. Walaupun anak pantai, aku ga bisa ngapung, kalau berenang sih bisa. Bisa tenggelam. Kami dari darat bawa roti tawar untuk sangu kami di perjalanan, eh tapi kok ikan-ikan di sana kayanya kelaparan. Karena kami baik jadinya kami kasih roti deh ikan-ikan itu. Terumbu karang di spot snorkeling itu menurutku biasa aja, tapi cukup bagus untuk orang yang pertama kali lihat langsung terumbu karang, like me. Awal-awal nyebur, aku, Bima, dan Kakin kaya orang takut tenggelam padahal udah pakai pelampung. Paniklah kita sampai mau nabrak kapal sebelah yang lagi sandar juga. Sekitar 30 menit kami di situ, karena udah kecapean akhirnya next island aja.

Nahan panik.

Foto snorkelingnya dua aja ya. Foto lainnya muka ga kekontrol.

Di perjalanan ombak laut jadi besar dan boat kami terombang-ambing sampai baju yang dipakai semula hampir kering karena tiupan angin, jadi basah lagi kena air laut tapi tetap happy! Pulau selanjutnya ini pulau yang ga jauh dari Tanjung Kelayang, namanya Pulau Kelayang. Di sini kita bisa menyusuri pulau itu dan menemukan sela-sela batu yang terisi dengan air laut (orang sekitar menamai ini dengan Goa Kelayang). Cukup photogenic spotnya. Cocok untuk merenung dan mengharap pencerahan dari yang Maha Kuasa. Dari goa kami ke bibir pantainya yang menurutku terbaik sepanjang hopping island. Airnya hijau bening ditembus sinar matahari, batu granit yang mirip garuda (tapi kata Bima ga mirip sama sekali, hahaha), pasir putihnya yang membuat pengin ada di pantai itu terus.

Pemandangan di dalam Goa Kelayang.

Pinjem pose andalannya Bima. Kata Bima captionnya gini, "Ekspresi kalo lagi liburan terus ada panggilan dinas".

Muka hangus abis hopping island.

Sampe sini aku baru sadar akhirnya ada temen kuliah yang ke Belitung dan no wacana. hahaha

Ga terasa sudah jam 4 sore. Kami balik ke Pantai Tanjung Kelayang dan bilas-bilas. Pas di tempat bilas, Bima dikira penjaga tempat bilas itu. Tempat bilasnya itu ga ada airnya, jadi harus nyiduk dari ember di depan tempat bilas. Nah, datenglah mbak-mbak dengan santainya bilang ke Bima, "Saya mau pipis mas". Untung aja Bima ga jawab, "Sini mbak pipis bareng". Jadi Bima jawab, "Saya mau mandi". Mbaknya bingung. Bima bingung. Mereka tatap-tatapan dan akhirnya mereka merajut cinta. Kalo di-sinetron-kan judulnya jadi 'Cinta Bersemi di Tempat Bilas'. Bercanda. Pas Bima sama mbak-mbaknya tatap-tatapan Bima bilang, "Saya bukan penjaganya, Mbak". Lalu si mbaknya pergi karena malu kayanya. Hahaha kasian Bima dikira penjaga tempat bilas. Padahal kan di tempat asalnya dia jadi Dimas. Tampang mu sih Bim kelihatan gitu. Hahahahhaaha. Ga lama kemudian, datang mbak-mbak beda lagi, dan korban selanjutnya adalah aku........................... dengan cerita yang sama.................

Setelah bilas-bilas kami memesan kelapa muda yang menurutku adalah minuman wajib saat ke pantai. Sambil nunggu dijemput Bapak untuk lihat sunset di Pantai Tanjung Pendam. Tapi ternyata Bapakku jemputnya telat dan harus ikhlas melewatkan moment golden sunset sore itu. Jadinya langsung anter Bima ke hotelnya yang letaknya pas sebelum pintu masuk pantai. Pas baru masuk hotel ini, aku pikir wah keren hotelnya tepi pantai dan ada cafe yang langsung menghadap ke sunset point-nya. Eh, tapi kejadian check-in hotel yang sangat nyerikek membuat kesan wah itu hilang. Ceritanya bisa dibaca di blognya Bima nanti ya, di sini. Biar dia aja yang cerita.

After golden sunset di Pantai Tanjung Pendam. Cafe ini terletak di hotel tempat Bima nginep. Bagus sih, tapi.........

Setelah antar Bima ke hotel, Aku, Kakin, Bapak, dan Ibu pulang ke kontrakan Kakin. Sekitar jam 8 malam mau nongkrong di Legend Jogja-nya Belitung makan Mie Belitung dan ngewarkop di Kong Djie Coffee. Cerita-cerita sambil ngomongin trip buat hari kedua. Karena kepala sudah berat dan perut sudah kenyang polllll kita balik dan langsung istirahat buat trip besoknya karena trip besok harus naik motor dan lewat jalan Kampit. Jalan yang panjang.

0 komentar:

Posting Komentar

Created By Sora Templates